Publikasi merupakan kewajiban di dunia pendidikan dan penelitian. Jurnal yang terakreditasi, misal oleh scopus, merupakan kasta tertinggi untuk tempat publikasi. Nah, masalahnya jurnal yang terakreditasi tersebut umumnya menggunakan bahasa Inggris. Artinya peneliti kita harus membuat artikelnya dalam bahasa Inggris. Ini sebetulnya bukan masalah. Masalah, tapi tidak terlalu besar.
Yang menjadi masalah bagi kita, orang Indonesia, adalah hilangnya dorongan atau insentif untuk menulis artikel dalam bahasa Indonesia. Nilai untuk mempublikasikannya menjadi kecil atau bahkan tidak ada. Padahal untuk bangsa dan negara yang memiliki ukuran sangat besar seperti Indonesia, seharusnya kita punya bargaining power untuk tetap menulis dalam bahasa Indonesia. Pembaca orang Indonesia mestinya banyak juga kan? (Atau sebetulnya sangat sedikit?)
Saya juga ingin tahu pengalaman negara lain seperti China, Jepang, dan sejenisnya. Apakah mereka juga memiliki jurnal-jurnal dalam bahasa sendiri yang terakreditasi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar